Malam itu Ibu mendadak bertanya, "Apa yang membuat kalian berpisah?" "Dia bilang aku terlalu baik untuknya. Aku baru tahu bu, kalau kebaikan bisa membuat orang memilih meninggalkan" jawabku lirih. Ibu terdiam, menatapku sendu seakan paham apa dirasakan hatiku. Tak lama kedua tangannya mengusap kepalaku. Hatiku mendadak hangat. Mataku mulai panas dan memerah. Tidak! Aku tidak boleh menangis di depan ibu. Kupejamkan mataku untuk menahan airmata agar tak jatuh membasahi pipiku. "Selalu ada alasan kenapa Tuhan menitipkan perasaan nak'. Bersyukurlah seperti apapun takdirnya. Dia pasti punya alasan. Meski itu melukaimu." Ibu tiba-tiba bersuara setelah sesaat terdiam. Pertahananku goyah. Kelopak mataku mulai basah. Malam itu, aku menangis di pangkuan ibu. Ibuku yang juga sangat menyayangimu. Hi kamu.. Berbahagialah dengan apapun pilihanmu. Tak apa meski harus mengorbankanku. Seperti selalu kubilang, aku tak pernah ingin membuatmu berada di posisi yang suli
Perempuan penikmat hidup dan pejuang rindu, mantan jurnalis yang kini sudah tobat. Tidak suka senja tapi addicted sama buku dan ngemil. Saat ini tinggal di Surabaya dan sedang belajar menjadi istiqomah