Malam itu Ibu mendadak bertanya,
"Apa yang membuat kalian berpisah?"
"Dia bilang aku terlalu baik untuknya. Aku baru tahu bu, kalau kebaikan bisa membuat orang memilih meninggalkan" jawabku lirih.
"Apa yang membuat kalian berpisah?"
"Dia bilang aku terlalu baik untuknya. Aku baru tahu bu, kalau kebaikan bisa membuat orang memilih meninggalkan" jawabku lirih.
Ibu terdiam, menatapku sendu seakan paham apa dirasakan hatiku.
Tak lama kedua tangannya mengusap kepalaku.
Hatiku mendadak hangat. Mataku mulai panas dan memerah.
Tidak! Aku tidak boleh menangis di depan ibu. Kupejamkan mataku untuk menahan airmata agar tak jatuh membasahi pipiku.
"Selalu ada alasan kenapa Tuhan menitipkan perasaan nak'. Bersyukurlah seperti apapun takdirnya.
Dia pasti punya alasan. Meski itu melukaimu." Ibu tiba-tiba bersuara setelah sesaat terdiam. Pertahananku goyah. Kelopak mataku mulai basah. Malam itu, aku menangis di pangkuan ibu. Ibuku yang juga sangat menyayangimu.
Hi kamu..
Berbahagialah dengan apapun pilihanmu.
Tak apa meski harus mengorbankanku.
Seperti selalu kubilang, aku tak pernah ingin membuatmu berada di posisi yang sulit.
Berbahagialah, aku rela mengalah meski akan menghancurkan diriku sendiri. Tak apa, selama itu membuatmu merasa lebih berarti.
Tenang saja, lama-lama aku akan terbiasa. Kupeluk luka ini dengan segala upaya yang kubisa. Peranku di hidupmu memang seperti ini, tak akan menjadi yang utama dan satu-satunya.
Kuanggap semua ini mimpi buruk. Dan kini telah terjaga, dari harapan sia-sia untuk hidup bersamamu.
Hai kamu,
Mari berjalan ke arah berbeda,
Sesekali mungkin aku masih menoleh ke belakang hanya untuk memastikan sudah sejauh mana kita saling meninggalkan.
Fii amanillah..
Selamat berkelana,
Sampai jumpa di kebetulan terbaik menurut takdirNya.
-----
Surabaya 01 Juni 2023
Sedikit rindu, banyak bencinya kepadamu.
Komentar
Posting Komentar