Langsung ke konten utama

Kini, aku melepasmu seluas ikhlasku mencintaimu. Aku dan hatiku biarlah menjadi urusanku...

Hi Tuan....
Apabila suatu hari nanti kau singgah di halaman ini dan membaca ini, ketahuilah bahwa aku baik-baik saja. Hatiku masih luka, namun rasa sakitnya sudah bisa kuatasi. Ada yang bilang? tidak ada badai yang tidak usai, cepat atau lambat, tiap luka akan pulih dan mengering, mungkin meninggalkan bekas, tapi tidak lagi menyakitkan.Sebagai manusia aku memilih ikhlas daripada mendendam, dan setelah kupikir juga tidak ada gunanya. 

Kuceritakan Tuan, beberapa waktu lalu, aku pun sempat menyusun banyak doa. Aku ingin semua keperihan di hatiku dan segala rasa sakit ini kembali 1000 kali lebih menyakitkan kepada yang mengakibatkannya. Kamu. Aku ingin kau memohon dan mengiba di hadapanku. Kau manusia yang tidak memiliki nurani itu harus merasakan semua kepedihan yang kurasakan. 

Kini doa itu tak lagi kudengungkan. Aku sadar selalu ada alasan, kenapa Allah menakdirkan sesuatu. Juga tentang perasaan ini kepadamu. Allah berikan takdir cinta seperti ini agar aku tahu bagaimana rasanya mencintai dengan tulus dan tanpa pamrih. Bagaimana bisa tetap mencintai padahal selalu disia-siakan. 

Aku melepasmu karena aku harus sadar diri yang kau mau bukan aku.
Jadi untuk apa aku memaksa?

Aku tidak membencimu karena itu lawan cinta. Dan aku tidak ingin lagi mencintai.
Tuan, kemarin aku begitu mencintaimu sampai hampir habis dayaku. Aku mencintai semua hal yang ada padamu, kecuali langkah kaki yang membawamu pergi. Langkah yang membuatku harus kehilangan kamu.

Kini, aku melepasmu seluas ikhlasku mencintaimu. Aku dan hatiku biarlah menjadi urusanku. Kau harus menjadi orang hebat dan orang baik, agar kau bisa membantu banyak orang seperti yang selalu kau cita-citakan. 
Kau harus bahagia. 
HARUS!Agar ikhlasku tak sia-sia.  

-----

Surabaya 10 Juli 2023
di Insomniaku kesekian hari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

doa itu adalah benda, yaitu gelombang energi quantum yang disebut pikiran dan perasaan dan keduanya merupakan kata benda...

....Aku dekat..Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku (QS.Al Baqarah :186) Saya sering bertanya dalam hati, kenapa kita harus repot berdoa dan dalam doa itu kita menjelaskan pada Tuhan apa yang kita mau? Bukankah Tuhan Mahatahu? Seharusnya aktivitas berdoa itu tidak perlu ada, karena tanpa kita berdoa meminta sesuatu, Tuhan sudah tahu apa yang kita inginkan. Sesederhana itu kan?  Seorang sahabat yang pernah saya ajak diskusi mengenai hal ini menertawakan dan mengatakan saya mungkin sudah gila karena telah mempertanyakan doa. Menurutnya mempertanyakan doa sama dengan mempertanyakan keberadaan Tuhan. Saya mau jadi atheis, begitu tuduhnya. Seolah tak ingin saya jadi ‘tersesat’ sahabat saya itu lantas menjelaskan, doa itu cara manusia ‘bermesraan’ dengan Tuhannya. Sekaligus aktivitas yang mengingatkan manusia bahwa dia hanyalah hamba yang penuh kelemahan dan kepada Tuhan kemudian dia meminta kekuatan. Tapi ‘penasaran’ saya tentang doa tak juga...

Hidup yang mengalir saja, tanpa target manis-manis ini ternyata juga bisa menyenangkan. Tujuannya bukan lagi bahagia atau tidak bahagia. Namun bertahan sekuat-kuatnya, setenang-tenangnya.

Di setiap kehilangan aku selalu belajar hal baru.  Tentang kembali berdamai dengan hati yang patah, mencoba memaafkan  meski tetap tidak mudah dan kembali ikhlas. Poin terakhir mungkin yang paling sulit di antaranya. Bisa jadi kau memaafkannya tapi pikiranmu tidak akan bisa melupakannnya. Itu kenapa orang ikhlas berjarak sangat dekat Tuhannya yang bahkan setan saja tidak berani menggoda. Kalau Nadin Amizah merayakan perpisahan dengan sorai karena pernah bertemu.  Aku sebaliknya.  Aku memilih tidak perlu kembali menyapa bahkan untuk sekedar berbasa-basi. Tidak perlu menangisi orang yang memang ingin pergi. Tapi di kehilangan kali ini berbeda.  Aku menerima kekalahan ini dengan rasa lapang, tanpa perlu menyalahkan siapapun.  Apabila rasa sakit itu terasa, biar diri sendiri saja yang menanggungnya.  Karena sejak awal kita sendiri yang memilih arahnya, jadi kita harus siap dengan segala kondisinya. Biarkan bagian-bagian menyakitkan itu menjadi tanggungjawa...

Setiap waktu kuupayakan selalu dipenuhi banyak kebaikan. Belajar menikmati patah setiap kali aku meletakkan harap yang besar kepada manusia, agar isi kepala tidak terlalu berisik dan semua rasa sakit mereda.

Semakin dewasa keinginan menjadi lebih sederhana nggak sih? Kalau aku ditanya perihal apa yang paling aku inginkan saat ini maka akan kujawab, aku ingin melanjutkan hidup dengan segala syukur atas apa yang telah Allah titipkan kepadaku hingga saat ini. Tidak lagi muluk. Cukup saja juga tak apa. Memiliki pekerjaan, tubuh yang sehat dan tidak berpenyakit.  Tabungan yang belum terlalu banyak namun cukup untuk mewujudkan banyak kesukaan.  Masih memiliki Ibu yang doanya paling makbul dan keluarga yang selalu ada.   Aku berusaha tidak lagi membandingkan hidupku dengan orang lain serta apa-apa yang belum kumiliki. Aku menerima semua kesedihan dan kebahagiaan yang Allah takdirkan untuk hidupku.  Lebih banyak minta dikuatkan daripada dimudahkan. Tak berhitung lagi soal berapa kali menang atau kalah.  Semua aku terima dengan bahagia dan hati yang lapang.  Setiap waktu kuupayakan selalu dipenuhi banyak kebaikan.  Belajar menikmati patah setiap kali aku ...